Selasa, 20 November 2012

Sudut Pandang Prestasi Siswa

ilustrasi

Seperti biasa, tiap kali pembagian raport semester pasti diiringi  berbagai cerita menarik dan mengejutkan. Sebagian orang tua siswa menampakkan ekspresi gembira, sementara sebagian yang lain berkerut dahi melihat dua rapor putra-putrinya.
Perbedaan ekspresi tersebut dilandasi pada perbedaan pemahaman orang tua akan prestasi siswa. Jika selama ini pengertian dianalogikan dalam wujud angka-angka yang besar di rapor, maka sejak diungkapkan dan disosialisasikannya kecerdasan majemuk (multiple intelligence) di lingkungan sekolah maka paradigma kecerdasan anak telah mengalami perubahan.
Kalimat sederhana yang se­ring muncul dalam pembagian rapor pada masa yang lalu adalah nilai anak saya berapa? Dengan demikian guru akan mencoba menjawab dengan angka yang tertera dalam rapor siswa. Hampir semua orang tua sepakat bahwa jika nilai anaknya di atas 75, berarti putra/putrinya pintar dan cerdas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemahaman ini telah diwarisi secara turun-temurun. Permasalahannya adalah zaman sudah berubah, dahulu siswa “dipaksa” untuk diam dan menuruti kehendak guru yang mengajar, maka sekarang telah berubah. Siswa memiliki cara belajar berbeda, dan memerlukan perlakuan yang berbeda pula. Jika kita mau lebih mendalami anak-anak, maka akan kita lihat bakat dan kemampuan anak-anak yang mungkin belum tersibak keberadaanya.
Pada prinsipinya, Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki se­seorang, tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.
Secara umum, potensi dapat diklasifikasikan sebagai tingkat intelegensi, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap, ketekunan, ketelitian, efisiensi kerja dan daya tahan terhadap tekanan. pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan, serta kebiasaan se­seorang, baik jasmaniah, rohaniah, emosional maupun sosial yang ditata dalam cara khas di bawah aneka pengaruh luar.
Menurut Howard Gardner, potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut.
Intelegensi linguistik, intelegensi menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.
Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan.
Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.
Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.
Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.
Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh se­seorang motivator.
Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi(merenung) dan ke­seimbangan diri.
Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna.
Intelegensi eksistensial, kemampuan seseeorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan ak­hirnya mati.
Kekeliruan kita sebagai guru, orang tua, dan pemandu siswa dalam membaca potensi dan kecerdasan anak dapat berakibat pada tenggelamnya bakat anak yang luar biasa, berganti menjadi sebuah apa­tisme dan ketidak pedulian. Sebaliknya, kejelian mata kita melihat potensi maka akan membuat setitik harapan itu menjadi menara ekselen dari sebuah kepakaran yang terbangun dari fondasi yang kokoh.


Tri Bowo Laksono
Kepala sekolah SD Global Surya School

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More